16 November 2014

Wanita Terbunuh (Itu) Temanku

Oleh:
Lilih Putri Pratiwi



“Gimana rasanya kehidupan lo semenjak jadi istri simpanan?” tanya gue asal, Sarah justru dengan santai mengepulkan puntung rokoknya yang sedari tadi ia jepitkan di jarinya.

“Apapun deh yang gue mau terpenuhi, mobil, rumah, uang segalanya. Lo, sendiri gimana masih aja lo jomblo?” celetuk Sarah yang sedikit buat gue sedikit kesal.

“Setidaknya gue bukan istri simpenan hehehe.” jawab gue sekenanya.

“Sialan lo, Bi.!!” Sarah pun terkekeh tanpa mengisyaratkan suatu masalah apapun.

Sarah wanita hebat yang pernah gue kenal. Kehidupannya yang keras semenjak ditinggal ayahnya menikah kembali dengan wanita lain. Dan Sarah sebagai anak sulung menjadi tulang punggung bagi ibu dan ketiga adiknya yang masih membutuhkan biaya sekolah hingga kini.

Gue mengenalnya semenjak SMP, dia tipe wanita tomboy yang tak pernah mengeluh dengan keadaan keluarganya. Selepas lulus SMA, ia mulai merubah diri, penampilannya yang tomboy bak disulap menjadi wanita feminin yang cantik. Dia pun sempat menjadi model di kota metropolitan selama kurang lebih lima tahun. Kehidupannya penuh dengan kontroversi, namun bagi orang yang mengenal sosok Sarah, tak akan menilai dirinya seburuk yang mereka pikir.

“Kapan lo nikah, Bi?” mendadak Sarah menanyakan sesuatu yang gue sendiri belum terpikirkan untuk itu.

“Gue, belum punya calonnya, Sa.” Kali ini gue pasrah mengaku.

“Gue nasehatin ya, kalo nyari calon suami jangan Cuma cinta aja tapi lo kudu leat isi dompetnya.” Kata Sarah sambil menghembuskan asap rokok melalui hidungnya.

“Hahaha, gue nggak sematre lo, Sa.”

“Daridulu lo kagak pernah berubah. Besok, gue pulang Bi. Ati-ati jaga diri lo baik-baik, mungkin besok gue agak sedikit sibuk.”

Tak biasanya sekali Sarah mengatakan hal itu sama gue. Gue pasti akan merindukan sahabat gue satu ini. Suaminya yang seorang pengusaha batubara, membuat Sarah mau tak mau juga ikut tinggal bersama suaminya, meskipun ia memang disediakan rumah pribadi khusus untuknya.
***

Seminggu setelah Sarah pulang, kabar mengejutkan dari beberapa media massa dan berita di stasiun televisi. Seorang istri simpanan pengusaha batubara telah meregang nyawa di dalam kamarnya. Dan yang paling mengenaskan ia terbunuh dengan cara sadis, ia dibunuh oleh anak dari suaminya yang telah mengetahui ayahnya memiliki istri baru sebagai simpanan.

“Semoga kau tenang disana, Sarah.” Kata gue lirih sembari mematikan televisi yang berisi beritanya. Dan membuang koran-koran yang memajang kisahnya. Ini sangat menyedihkan, kemarin adalah pertemuan gue sama Sarah yang terakhir.

-SELESAI-



0 comments:

Post a Comment