Oleh:
Lilih
Putri Pratiwi
“Gimana
rasanya kehidupan lo semenjak jadi istri simpanan?” tanya gue asal, Sarah
justru dengan santai mengepulkan puntung rokoknya yang sedari tadi ia jepitkan
di jarinya.
“Apapun
deh yang gue mau terpenuhi, mobil, rumah, uang segalanya. Lo, sendiri gimana
masih aja lo jomblo?” celetuk Sarah yang sedikit buat gue sedikit kesal.
“Setidaknya
gue bukan istri simpenan hehehe.” jawab gue sekenanya.
“Sialan
lo, Bi.!!” Sarah pun terkekeh tanpa mengisyaratkan suatu masalah apapun.
Sarah
wanita hebat yang pernah gue kenal. Kehidupannya yang keras semenjak ditinggal
ayahnya menikah kembali dengan wanita lain. Dan Sarah sebagai anak sulung
menjadi tulang punggung bagi ibu dan ketiga adiknya yang masih membutuhkan
biaya sekolah hingga kini.
Gue mengenalnya
semenjak SMP, dia tipe wanita tomboy yang tak pernah mengeluh dengan keadaan
keluarganya. Selepas lulus SMA, ia mulai merubah diri, penampilannya yang tomboy
bak disulap menjadi wanita feminin yang cantik. Dia pun sempat menjadi model di
kota metropolitan selama kurang lebih lima tahun. Kehidupannya penuh dengan
kontroversi, namun bagi orang yang mengenal sosok Sarah, tak akan menilai
dirinya seburuk yang mereka pikir.
“Kapan
lo nikah, Bi?” mendadak Sarah menanyakan sesuatu yang gue sendiri belum
terpikirkan untuk itu.
“Gue,
belum punya calonnya, Sa.” Kali ini gue pasrah mengaku.
“Gue
nasehatin ya, kalo nyari calon suami jangan Cuma cinta aja tapi lo kudu leat
isi dompetnya.” Kata Sarah sambil menghembuskan asap rokok melalui hidungnya.
“Hahaha,
gue nggak sematre lo, Sa.”
“Daridulu
lo kagak pernah berubah. Besok, gue pulang Bi. Ati-ati jaga diri lo baik-baik,
mungkin besok gue agak sedikit sibuk.”
Tak
biasanya sekali Sarah mengatakan hal itu sama gue. Gue pasti akan merindukan
sahabat gue satu ini. Suaminya yang seorang pengusaha batubara, membuat Sarah
mau tak mau juga ikut tinggal bersama suaminya, meskipun ia memang disediakan
rumah pribadi khusus untuknya.
***
Seminggu
setelah Sarah pulang, kabar mengejutkan dari beberapa media massa dan berita di
stasiun televisi. Seorang istri simpanan pengusaha batubara telah meregang
nyawa di dalam kamarnya. Dan yang paling mengenaskan ia terbunuh dengan cara
sadis, ia dibunuh oleh anak dari suaminya yang telah mengetahui ayahnya
memiliki istri baru sebagai simpanan.
“Semoga
kau tenang disana, Sarah.” Kata gue lirih sembari mematikan televisi yang
berisi beritanya. Dan membuang koran-koran yang memajang kisahnya. Ini sangat
menyedihkan, kemarin adalah pertemuan gue sama Sarah yang terakhir.
-SELESAI-
0 comments:
Post a Comment