28 November 2014

Ragil

Oleh:
Lilih Putri Pratiwi



Jakarta, 12 Mei 1991...

Seorang wanita tengah berusaha sekuat tenaga untuk tetap mengumpulkan energinya. Tetesan-tetesan peluh mulai membasahi raut wajahnya. Sendu. Suasana yang begitu mencekam antara hidup dan mati. Seorang laki-laki menemui seorang dokter yang dianggapnya terpercaya. Gemetar mendengar setiap kata-kata dari seorang dokter sekalipun.

“Berdo’alah, Pak. Supaya istri dan anak bapak keduanya bisa selamat. Operasi sesar ini memang beresiko besar, apalagi mengetahui keadaan istri bapak yang ternyata plasenta telah menutup jalan kelahiran sang bayi dan sudah mengalami pendarahan hebat. Kemungkinan dari operasi ini salah satu yang selamat.” Kata Pak dokter dengan raut wajah sedikit gundah.

“Tolonglah, dok. Agar keduanya diselamatkan.” Laki-laki itu memohon dengan penuh harap.

“Saya akan berusaha, Pak.” Kata Dokter sambil meninggalkan laki-laki itu sendirian. Tidak ia tidak sendirian di rumah sakit ini. Ada dua anak laki-lakinya yang terduduk lesu. Melihat sang Ibu masuk ruang operasi membuat kedua anak laki-laki itu murung. Mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Belum memahami arti kehidupan, namun memahami perasaan yang dirasakan kedua orangtuanya saat ini.

Mereka bertiga menunggu dengan penuh harap yang sukacita. Memohon agar Tuhan membantu proses persalinannya. Memohon agar keduanya dapat diselamatkan, tidak ada salah satu yang diambil-Nya. Laki-laki itu selalu melantunkan do’a dalam hati, dan berusaha kuat setiap kedua anak laki-laki itu bertanya mengenai keadaan sang Ibu.

Bayi seperti apa sebenarnya yang membuat keadaan begitu mencekam bahkan membuat keluarga yang menunggu begitu resahnya. Keinginan laki-laki itu mempunyai anak begitu kuat sejak saat itu ia menderita sakit tipus dan harus dirawat di rumah sakit selama berhari-hari. Dan bermimpi jika ingin mempunyai anak perempuan, harus memiliki anak lagi. Laki-laki itu bertambah yakin, mengingat tentang mimpinya dulu. Meyakinkan hati semua akan baik-baik saja dan berjalan lancar.

Setelah menunggu beberapa jam, yang membuat hati semakin tak karuan. Seorang dokter pun akhirnya keluar dengan wajah berbinar-binar. Laki-laki itu segera mendekat dan menanyakan perihal keadaan istrinya.

“Bagaimana, dok keadaan istri dan anak saya?”

“Alhamdulilah, Pak. Berkat do’a bapak keduanya selamat.”

“Alhamdulilah.”

***
Bayi yang terlahir sebagai perempuan itu kini sudah beranjak dewasa. Angka 23 sudah menjadi angka usianya di tahun 2014 ini. Perempuan itu bernama Putri, si ragil dari tiga bersaudara. Anak yang masih sering menyusahkan Ibu, yang masih bersikap keras kepala, dan belum mampu membuat Ibu bahagia. Maafkan, anakmu jika hingga kini masih belum mampu membuat Ibu bahagia atas anakmu ini. Kelak aku ingin Ibu dan juga bapak bahagia memiliki anak sepertiku ini.

Love you, Mom and Dad. :)

0 comments:

Post a Comment