Oleh:
Lilih
Putri Pratiwi
Jakarta, 12 Mei 1991...
Seorang
wanita tengah berusaha sekuat tenaga untuk tetap mengumpulkan energinya. Tetesan-tetesan
peluh mulai membasahi raut wajahnya. Sendu. Suasana yang begitu mencekam antara
hidup dan mati. Seorang laki-laki menemui seorang dokter yang dianggapnya
terpercaya. Gemetar mendengar setiap kata-kata dari seorang dokter sekalipun.
“Berdo’alah,
Pak. Supaya istri dan anak bapak keduanya bisa selamat. Operasi sesar ini
memang beresiko besar, apalagi mengetahui keadaan istri bapak yang ternyata
plasenta telah menutup jalan kelahiran sang bayi dan sudah mengalami pendarahan
hebat. Kemungkinan dari operasi ini salah satu yang selamat.” Kata Pak dokter
dengan raut wajah sedikit gundah.
“Tolonglah,
dok. Agar keduanya diselamatkan.” Laki-laki itu memohon dengan penuh harap.
“Saya
akan berusaha, Pak.” Kata Dokter sambil meninggalkan laki-laki itu sendirian. Tidak
ia tidak sendirian di rumah sakit ini. Ada dua anak laki-lakinya yang terduduk
lesu. Melihat sang Ibu masuk ruang operasi membuat kedua anak laki-laki itu
murung. Mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Belum memahami arti
kehidupan, namun memahami perasaan yang dirasakan kedua orangtuanya saat ini.
Mereka bertiga
menunggu dengan penuh harap yang sukacita. Memohon agar Tuhan membantu proses
persalinannya. Memohon agar keduanya dapat diselamatkan, tidak ada salah satu
yang diambil-Nya. Laki-laki itu selalu melantunkan do’a dalam hati, dan
berusaha kuat setiap kedua anak laki-laki itu bertanya mengenai keadaan sang
Ibu.
Bayi seperti
apa sebenarnya yang membuat keadaan begitu mencekam bahkan membuat keluarga
yang menunggu begitu resahnya. Keinginan laki-laki itu mempunyai anak begitu
kuat sejak saat itu ia menderita sakit tipus dan harus dirawat di rumah sakit
selama berhari-hari. Dan bermimpi jika ingin mempunyai anak perempuan, harus
memiliki anak lagi. Laki-laki itu bertambah yakin, mengingat tentang mimpinya
dulu. Meyakinkan hati semua akan baik-baik saja dan berjalan lancar.
Setelah
menunggu beberapa jam, yang membuat hati semakin tak karuan. Seorang dokter pun
akhirnya keluar dengan wajah berbinar-binar. Laki-laki itu segera mendekat dan
menanyakan perihal keadaan istrinya.
“Bagaimana,
dok keadaan istri dan anak saya?”
“Alhamdulilah,
Pak. Berkat do’a bapak keduanya selamat.”
“Alhamdulilah.”
***
Bayi
yang terlahir sebagai perempuan itu kini sudah beranjak dewasa. Angka 23 sudah
menjadi angka usianya di tahun 2014 ini. Perempuan itu bernama Putri, si ragil
dari tiga bersaudara. Anak yang masih sering menyusahkan Ibu, yang masih
bersikap keras kepala, dan belum mampu membuat Ibu bahagia. Maafkan, anakmu
jika hingga kini masih belum mampu membuat Ibu bahagia atas anakmu ini. Kelak
aku ingin Ibu dan juga bapak bahagia memiliki anak sepertiku ini.
Love
you, Mom and Dad. :)
0 comments:
Post a Comment